SINTANG Pojokkalbar.com-
Kondisi infrastruktur jalan di Kecamatan Ketungau Hulu dan Ketungau Tengah, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, masih jauh dari layak. Setiap musim hujan, jalan berubah menjadi lumpur yang sulit dilalui, sedangkan saat kemarau penuh debu tebal. Hal ini diungkapkan Anggota DPRD Sintang, Lusi, yang meminta perhatian serius dari pemerintah, baik pusat, provinsi, maupun daerah.
“Selama bertahun-tahun, jalan di daerah Ketungau ini tidak pernah mendapat perhatian yang serius. Kalau musim penghujan, masyarakat kami sulit sekali untuk bepergian. Jalan poros menuju Ketungau Tengah dari Sintang hanya butuh penanganan di sekitar seratus meter saja yang rusak parah. Namun tidak pernah disentuh,” ujar Lusi di Sintang, Jumat. (18/7/2025).
Lusi menambahkan, akibat rusaknya jalan tersebut, warga Ketungau Hulu yang hendak ke pusat Kabupaten Sintang terpaksa harus memutar jauh melalui Kabupaten Sekadau dan Sanggau. “Kalau lewat poros utama bisa sampai bermalam karena kondisi jalan yang sangat buruk. Tapi kalau memutar lewat Balai Karangan, Entikong, Sanggau, dan Sekadau, perjalanan hanya butuh beberapa jam saja,” katanya.
Ia mendesak pemerintah agar fokus pada pembangunan yang benar-benar dibutuhkan masyarakat. Menurutnya, yang sangat diperlukan warga di Ketungau Hulu dan Ketungau Tengah adalah jalan, jembatan, air bersih, listrik, dan pendidikan gratis.
“Jangan justru memberikan program yang tidak diminta masyarakat. Contohnya makan bergizi gratis, itu tidak efektif. Program transmigrasi pun masyarakat di sana menolak keras, tetapi malah ingin dijalankan kembali oleh pemerintah,” tegasnya.
Lusi juga menyoroti program bantuan sosial yang menurutnya justru membuat sebagian masyarakat menjadi malas. “Saya tadi berbicara dengan orang tua di kampung. Setiap kali menerima bantuan sosial, malah digunakan untuk beli minuman keras dan berjudi, bukan untuk hal produktif,” ujarnya.
Selain itu, Lusi mengungkapkan bahwa aliran listrik di Ketungau Tengah hanya menyala pada malam hari, sementara siang hari masyarakat mengandalkan tenaga surya atau diesel. Sanitasi dan air bersih pun menjadi masalah serius karena sumber air di wilayah tersebut tercemar limbah dari perkebunan kelapa sawit.
“Kami berharap pemerintah pusat, provinsi, dan daerah benar-benar memberi perhatian khusus pada daerah perbatasan seperti Ketungau ini. Jangan sampai masyarakat di perbatasan terus-terusan merasa dianaktirikan,” ujar Lusi.(red)