SINTANG | Pojokkalbar.com-
Minat baca masyarakat Indonesia masih sangat memprihatinkan. Berdasarkan laporan dari UNESCO, minat baca di Tanah Air hanya mencapai 0,001 persen. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang memiliki kebiasaan membaca secara rutin.
Hal ini disampaikan oleh Kartiyus salah satu tokoh pemerhati pendidikan yang juga Sekda Kabupaten Sintang, saat membuka Lomba Bercerita Tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Tahun 2025. Kegiatan tersebut digelar di Ruang Pelayanan Perpustakaan Daerah Kabupaten Sintang, Rabu pagi.
Menanggapi kondisi ini, Anas Tasia, Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Sintang yang membidangi pendidikan dan kesehatan masyarakat, menyatakan keprihatinannya.
Menurutnya, data UNESCO ini harus menjadi peringatan keras bahwa pemerintah daerah bersama seluruh stakeholder pendidikan harus bersinergi dalam membangun budaya literasi, terutama di daerah-daerah.
> “Kita di DPRD melihat pentingnya kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan pemerintah daerah. Tidak cukup hanya dengan lomba, tetapi harus ada kebijakan yang mendukung gerakan literasi secara menyeluruh,” kata Anas saat ditemui usai acara.
Anas juga menyebutkan bahwa Komisi C DPRD akan mendorong anggaran yang lebih besar untuk pengembangan perpustakaan, pelatihan guru literasi, dan program membaca bersama di lingkungan sekolah dan masyarakat.
> “Kita ingin agar tidak hanya siswa yang diajak membaca, tapi juga masyarakat umum. Literasi bukan cuma soal buku, tapi juga soal kesadaran berpikir kritis,” tambahnya.
Dalam sambutannya, Kartiyus mengatakan bahwa rendahnya minat baca ini menjadi tantangan serius bagi dunia pendidikan dan kemajuan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.
> “Budaya baca harus ditanamkan sejak dini. Kita tidak bisa terus berharap kualitas pendidikan meningkat kalau minat bacanya tidak kita perbaiki bersama,” ujarnya.
Kegiatan lomba bercerita tersebut diikuti oleh puluhan siswa dari berbagai sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah yang ada di Kabupaten Sintang. Mereka tampil membawakan berbagai cerita rakyat, legenda daerah, hingga kisah-kisah inspiratif yang penuh nilai moral.
Harapan untuk Masa Depan
Melalui kegiatan lomba bercerita ini, diharapkan menjadi salah satu langkah awal dalam menumbuhkan rasa cinta terhadap bacaan dan cerita sejak usia dini.
Kartiyus menegaskan bahwa kegiatan semacam ini perlu diperbanyak, tak hanya di level kabupaten, tapi juga hingga ke pelosok desa.
> “Jika satu anak membaca, maka satu keluarga bisa tercerahkan. Jika seluruh desa membaca, maka kabupaten kita bisa menjadi pusat peradaban literasi,” tutup Kartiyus (red)